Dari 32 tim peserta, hanya segelintir yang menjadi favorit juara, sebagian lain, adalah tim –tim yang diprediksi hanya akan menjadi penggembira, atau paling banter menjadi tim kejutan. Sebut saja, Korea Utara, Jepang, Aljazair, Slovenia, Selandia Baru, dan Honduras, termasuk tuan rumah Afrika Selatan, adalah jajaran tim yang kurang diperhitungkan. Sementara itu, bagi publik dari negara yang timnya berstatus favorit, seperti Jerman, Italia, Inggris, Argentina, Brasil, Belanda, Spanyol dan Prancis, tentu punya harapan dan kepercayaan diri, mereka lah yang pantas sebagai juara. Tim-tim favorit ini memang di atas kertas akan menjadi dominator, tapi mereka perlu mewaspadai kekuatan yang mulai memiliki kepercayaan diri setelah mampu memberikan kejutan di dua Piala Dunia terakhir. Katakanlah Korea Selatan dan Australia, yang masuk dalam katagori ini. Korea Selatan yang pernah mengalahkan tim sekaliber Spanyol, Portugal, dan Italia di Piala Dunia 2002, tentu punya keyakinan, bahwa nama besar bukan tembok yang tidak bisa dirobohkan. Apalagi skuad Taeguk ini bisa dibilang lebih matang, dari empat tahun lalu, di mana mereka terhenti di penyisihan grup. Australia, juga punya alasan lebih kuat sebagai kekuatan yang bisa mengancam dominasi elit dunia. Ukurannya, saat Piala Dunia 2006, tim sekelas Italia yang kemudian menjadi kampiun, baru bisa merebut kemenangan dari Australia di perdelapan final, dengan hadiah penalti dari hasil aksi ‘tipuan’ Fabio Grosso di kotak terlarang. Apalagi, Inggris, Prancis, Spanyol, Jerman mempunyai catatan yang kurang meyakinkan di laga pemanasan jelang Piala Dunia. Bagi Inggris, laga melawan Jepang, merupakan peringatan serius. Meski sempat menang 3-1 melawan Meksiko, namun di saat melawan Jepang, Three Lions sangat kesulitan menembus barisan pertahanan tim peringkat 40 itu. Rooney dkk bisa menang hanya karena dua gol bunuh diri pemain Jepang, sehingga Inggris menang 2-1. Spanyol juga kurang memuaskan, ketika menjalani laga kontra Arab Saudi, di menit-menit awal Tim Matador kalah dalam penguasaan bola, sementara Arab tampil bak Brasil dari Timur Tengah. Sayangnya ketidak konsistenan Arab yang merobek jala Spanyol lebih dulu, akhirnya dikalahkan oleh pengalaman yang dimiliki Spanyol. David Villa dkk hanya menang tipis 3-2. Piala Dunia memang selalu menciptakan drama sendiri. Dengan kekuatan tim non unggulan yang kerap tampil di luar dugaan dan ketidakberuntungan tim favorit, Piala Dunia bisa menjadi pembuktian bahwa apa pun bisa terjadi dalam sepakbola. Kamerun pada Piala Dunia 1994 yang menjungkalkan Argentina 1-0, Senegal yang menekuk juara bertahan Prancis di Piala Dunia 2002, 1-0, adalah contoh drama yang menyakitkan bagi tim berkasta favorit.
No comments:
Post a Comment